Portal Berita Online & Advertising

Puluhan Nakes Surabaya Terpapar COVID-19, Bagaimana Psikologisnya?

0 259

Saskindo Media   – Saat kasus  COVID-19 di Surabaya  melonjak, puluhan nakes pun juga banyak yang terpapar. Total ada 21 perawat yang terpapar. Selain perawat, ada 75 dokter juga positif COVID-19. Bagaimana psikologinya?

“Kemarin kita sempat turun dan landai, masih bisa menikmati masa-masa tenang sekitar bulan Maret-April, Mei naik lagi. Secara psikologis kita butuh dukungan semua,” kata Anggota Satgas COVID-19 IDI cabang Surabaya, dr Meivy Isnoviana saat dihubungi, Sabtu (26/6/2021).

Dukung yang diperlukan nakes yang saat ini berjuang di fasilitas kesehatan (faskes) yang paling penting dari masyarakat yakni kesadaran dan disiplin protokol kesehatan. Hal ini cukup membantu garda terdepan di RS.

“Kita itu bekerja tidak bisa sendiri, artinya dengan bantuan masyarakat. Masyarakat membantu untuk tidak melanggar apa yang sudah ada, itu juga bantuan besar buat kita. Karena tekanan psikologis kita,” jelasnya. Dilansir dari detik.news.com (26/6/2021)

Ia menceritakan, tekanan psikologis di lapangan juga saat keluarga pasien tidak menerima jika pasien didiagnosa  positif COVID-19 . Meski meng-COVID-19-kan pasien juga menjadi beban tersendiri.

“Apalagi kalau misalkan kita di RS, kita mengatakan itu ada pasien COVID-19 dan keluarga tidak terima. Itu juga beban buat kita. Dengan begitu justru mereka akan membombardir. Artinya yang di-COVID-19-kan, padahal hasilnya sudah jelas. Ini kan butuh mental yang luar biasa untuk menangani hal tersebut. Tapi kita terus mengedukasi,” ceritanya.

Sama seperti masyarakat, nakes juga memiliki perasaan jenuh dan terus berharap agar pandemi segera usai. Meski mereka selalu ingat sumpah sebagai dokter dan tetap menjalankan tugas dengan baik.

“Secara psikologis kita juga merasa, kok sepertinya ini banyak, jenuh, iya. Walau kita ingat sumpah kita sebagai mengutamakan yang terbaik, itu tetap kita lakukan. Tapi di satu sisi kita merasa, kok kita ini rasanya tidak berhenti-berhenti . Rasanya kadang-kadang -kadang ada, kalau saya menyerah bagaimana dengan yang lain,” jelasnya.

Menurutnya, ini merupakan dilema yang besar. Tapi ia juga bersyukur, teman-teman sejawat masih bisa sabar dan kita tetap berjuang.

“Dan kita benar-benar mohon banget sama semua yang di luar sana untuk mematuhi apa yang sudah ada. Protokol kesehatan, itu harus dipakai. Paling tidak mengurangi yang di RS melayani pasien,” pungkasnya.

(SM)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.